PERANAN KERAJAAN MUGHAL DI INDIA DALAM
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Dr, H. Ruswan, M.A
Disusun Oleh :
Nia
Nor Ikhsani (103611012)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2012
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setelah Khalifah Abbasiyah di
Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik islam mengalami
kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya terpecah belah dalam beberapa
kerajaan kecil, yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa
peninggalan budaya dan peradaban islam banyak yang hancur akibat bangsa Mongol
itu. Tentara Mongol dibawah pimpinan Timur Lenk dengan kejamnya merusak dan
memporakporandakan pusat-pusat kekuasaan islam. Ribuan jilid buku ilmiah karya
sarjana muslim dibakar habis dan banyak pula yang dibuang disungai guna jalan
penyeberangan tentara untuk melanjutkan penyerangan ke wilayah kekuasaan umat
islam.
Keadaan umat islam secara
keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya
tiga kerajaan besar : Utsmani di Turki, Safawi di Persia dan Mughal di India. Berikut akan dipaparkan
secara lebih lanjut tentang peranan kerajaan Mughal di India dalam perkembangan
islam.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Munculnya
Kerajaan Mughal di India
2.
Peran
Raja- Raja Mughal
3.
Kemajuan
yang dicapai Kerajaan Mughal
4.
Mundurnya
Kerajaan Mughal
II.
PEMBAHASAN
1.
Munculnya Kerajaan Mughal Di India
Kerajaan Mughal berdiri seperempat
abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Jadi, diantara tiga kerajaan besar
tersebut, kerajaan inilah yang termuda.[1] India
menjadi wilayah islam pada massa Umayyah, yakni pada masa Khalifah al-Walid.
Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh pasukan Umayyah yang dipimpin oleh
panglima Muhammad ibnu Qasim. Kemudian pasukan Ghaznawiyah dibawah pimpinan
sultan Mahmud mengembangkan kedudukan islam diwilayah ini dengan berhasil
menakhlukan seluruh kekuasaan Hindu dan mengadakan pengislaman sebagian
masyarakat india pada tahun 1020 M. Setelah Ghaznawiyah hancur, muncullah
beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri india, seperti dinasti Khalji
(1296-1316 M), dinasti Tuglag (1320-1412 M), dinasti Syyid (1414-1451 M),
dinasti Lodi (1451-1526).[2]
Kerajaan Mughal di India dengan
Delhi sebagai ibu kota, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), seorang
keturunan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza penguasa Farghana, sedangkan
ibunya keturunan Jenghis Khan. Babur
mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia
berambisi dan bertekad akan menaklukan Samarkand yang menjadi kota penting di
Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena
mendapat bantuan dari Raja Safawi (Ismail I) akhirnya ia berhasil menaklukan
Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M ia menduduki Kabul, ibu kota
Afganistan.
Setelah Kabul dapat ditaklukan,
Babur meneruskan ekspansinya ke india. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa india,
dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman
dari Ibrahim Lodi bersama Daulat Khan, Gubernur Lahore mengirim utusan ke
Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi.
Permohonan itu langsung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil
menguasai Punjab dengan ibu kotanya Lahore. Setelah itu ia memimpin tentaranya
menuju Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang dahsyat
di Panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu.
Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya
disana. Dengan demikian, berdirilah Kerajaan Mughal di India.[3]
Kerajaan Mongol dan Mughal di India
memiliki keterkaitan, karena sama-sama didirikan oleh bangsa Mongol dan
keturunannya. Sedangkan pengambilan nama Mughal adalah dari nama kebesaran
bangsa Mongol. [4]
2.
Peran Raja-Raja Mughal
Setelah kerajaan Mughal berdiri,
Raja-raja hindu diseluruh dunia menyusun angkatan perang yang besar untuk
menyerang Babur. Namun, pasukan hindu ini dapat dikalahkan Babur. Sementara
itu, di Afganistan masih ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi. Mereka
mengangkat adik kandung Ibrahim Lodi, yaitu Mahmud untuk menjadi sultan. Tetapi
sultan Mahmud Lodi dengan mudah dikalahkan Babur dalam pertempuran dekat Gogra
tahun 1529 M. Pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun
setelah memerintah selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang
cemerlang. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.
Humayun (putra sulung Babur) dalam
melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi tantangan. Sepanjang massa
kekuasaannya selama Sembilan tahun (1530-1539 M) negara tidak pernah aman. Ia
senantiasa berperang melawan musuh. Diantara tantangan yang muncul adalah
pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan
ini dapat dipadamkan, sedangkan Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat
dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj.
Dalam pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri
ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali
tentaranya. Kemudian dari sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja
setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalakan Delhi. Ia kembali ke India
dengan menduduki tahta kerajaaan Mughal pada tahun 1555M. Setahun setelah itu
(1556 M) ia meninggal dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaannya.
Humayun digantikan oleh anaknya,
Akbar, yang berusia 14 tahun. Karena ia masih muda maka urusan kerajaan
diserahkan kepada Bairan Khan, seorang Syi’i.[5] Sultan
Akbar adalah sultan yang sangat terkenal dari dinasti ini, dan ialah yang
menciptakan sistem kerajaan ini.[6]
Sultan Akbar terkenal dengan gagasan-gagasannya yang sangat radikal dan liberal
baik dalam aspek sosial atau pemikiran keagamaan. Masa pemerintahannya sangat
berhasil dan cukup stabil bahkan wilayah-wilayah kekuasaanya semakin luas
seperti Chundar, Ghond, Chitor, Rantabar, Surat, Behar, Bengal, Kashmir,
Orissa, Dekan, Gawilghard, Narhala, Alamghar, dan Asirghar.
Diantara kebijakan politiknya yang paling
berani pada awal - awal pemerintahannya adalah menyingkirkan Bairan Syah,
penasihat politik Syiah yang dipercayai Humayun (ayahnya). Kebijakan lainnya
adalah menata sistem pemerintahannya dengan sistem militer termasuk keseluruh
wilayah taklukannya.[7]
Dalam pemerintahan tersebut, sultan adalah penguasa diktator, pemerintahan
daerah dipegang oleh seorang sipah salar (kepala komandan), sedang
sub-distrik dipegang oleh faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga
diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu
memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran. Akbar juga menerapkan apa yang
dinamakan dengan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan politik
ini, semua rakyat india dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan
etnis dan agama.[8]
Meskipun elite pemerintah secara resmi adalah warga muslim, namun terdapat
sekitar 20% warga hindu sebagai aristokrasi Mughal. Kebanyakan mereka adalah
Hindus Rajput dan Marathas[9]
Kemajuan yang dicapai Akbar masih
dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628 M),
Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). tiga sultan penerus
Akbar ini memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Setelah itu, kemajuan
kerajaan Mughal tigak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.
3.
Kemajuan yang Dicapai Kerajaan Mughal
Stabilitas politik yang berhasil
diciptakan oleh Akbar mendukung pencapaian kemajuan dibidang perekonomian, ilmu
pengetahuan dan peradaban. Kemajuan bidang ekomoni ditandai dengan kemajuan sektor
pertanian dan perindustrian. Pada masa ini dikembangkan penanganan pertanian
secara terstruktur karena sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada
sektor pertanian tersebut. Komunitas petani dipimpin oleh Seorang Mukaddam,
melalui para mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan para petani.
Sehingga Kerajaan berhak atas sepertiga dari hasil pertanian dinegeri itu.
Bersamaan dengan majunya bidang
ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol
adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun
bahasa India. Penyair india yang terkenal adalah Malik Muhammad Jazali, seorang
sasterawan sufi yang menghasilkan karya besar yang berjudul Padmavat,
sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa
Aurangzeb, muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akbar
Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal
berdasarkan figur pemimpinnya.[10]
Ilmu pengetahuan tidak banyak
mengalami kemajuan dibandingkan dengan kemajuannya dimassa sebelumnya. Yang
lebih menonjol adalah kemajuan dalam bidang seni syair dan seni arsitektur.
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang merupakan karya seni terbesar
yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya arsitektur yang indah yang
mengagumkan, seperti istana Fatpur Sikri di Sikri, villa, mesjid-mesjid yang
indah (pada masa Akhbar) dan Pada masa Syah Jehan dibangun masjid berlapis
mutiara dan Taj Mahal di Arga, Mesjid Raya Delhi dan Istana indah di Lahore.[11]
4.
Mundurnya Kerajaan Mughal
Setelah mengalami masa-masa kemajuan
pada masa Akbar dan tiga raja penggantinya, selama satu setengah abad. Kerajaan
ini lambat laun mengalami kemunduran, kemunduran masa pemerintahan ini ± abad
ke-18 M., ditandai dengan kekuasaan politiknya mulai merosot terjadi suksesi
kerajaan, terjadinya sejumlah pemberontakan kelompok sparatis Hindu. Bersamaan
dengan itu raja-raja pengganti Auranzeb yang tidak sanggup mempertahankan
kesabaran yang telah dibina oleh sultan- sultan sebelumnya.
Adapun yang menyebabkan kemunduran
kerajaan Mughal, antara lain karena kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi
kepemimpinan ditingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu
di India Tengah, Sikh dibelahan utara dan Islam dibagian Timur semakin lama
semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris yang untuk pertama
kali diizinkan oleh kekuatan bersenjata
semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Tampil sejumlah penguasa lemah
bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan. Selain memperlemah kerajaan karena
pemerintah pusat tidak terus secara baik, juga mengakibatkan kecenderungan
pemerintah daerah untuk melepaskan loyalitas dan intregasinya dengan pemerintah
pusat.
Meskipun Mughal merupakan kerajaan
islam, namun mayoritas warganya tetap beragama Hindu. Pada waktu Mugal dilanda
krisis perebutan kekuasaan kalangan istana yakni antara tahun (1719-1748 M), orang-orang
Hindu melancarkan sejumlah pemberontakan. Kelompok Sikh dibawah pimpinan Banda,
berhasil merebut kota Shadaura disebelah utara Delhi dan merebut kota Sirhin.
Golongan Maratha dibawah pimpinan Baji Raao berhasil merebut sebagian wilayah
Gujarat ditahun 1723. Dan juga Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afganistan
yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durroni pada massa pemerintahan Syah Alam
(1760-1869 M). Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal
kedalam kekuasaan Afgan.
Ketika kerajaan Mughal dalam kondisi
yang sempoyongan sebagimana digambarkan diatas, Inggris semakin memperkuat
posisinya. Dari urusan perdagangan, Inggris memperlebar pengaruhnya dalam
lapangan politik dengan dibentuknya EIC (The East India Company), Inggris
memperkuat militernya didaerah perdagangan yang dikuasainya didaerah
perdagangan yang dikuasainya terutama di Bengal. Militer Inggris berhasil
menekan Syah Alam sehingga melepaskan wilayah Qudhi, Bengal, dan Orisa kepada
Inggris. Akbar II (1806-1873 M), pengganti Syah Alam meemberikan konsesi kepada
EIC untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh
pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak dari perusahaan Inggris harus menjamin
penghidupan raja dan keluarga istana. Bahadur Syah pengganti Akbar II,
menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini
menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris.
Ketika pihak EIC sedang mengalami kerugian
akibat tidak efisiennya administrasi perusahaan, sedang pihak EIC harus tetap
menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Inilah latar belakang EIC memungut pajak yang tinggi terhadap
rakyat. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu
maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Dengan demikian terjadilah
perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Dan
akhirnya pihak Inggris berhasil menghancurkan kekuatan rakyat india. Mereka
dihukum secara kejam sebelum diusir dari Delhi. Bahadur Syah raja terakhir
kerajaan Mughal diusir dari istana tahun 1885. Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan kerajaan islam Mughal di India. Semenjak saat itu umat islam
dihadapkan pada perjuangan untuk mempertahankan eksistensinya dibawah kekuasaan
Inggris dan ditengan mayoritas umat Hindu India. [12]
Ada beberapa faktor yang
meneyebabkan kekuasaan dinasti Mughal itu mundur pada satu setengah abad
terakhir, dan membawa pada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu :[13]
1.
Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer inggris
diwilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau kekuatan maritim Mughal.
Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam
mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
2. Kemerosotan
moral dan hidup mewah dikalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang negara.
3. Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan
asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan
sesudahnya.
4. Semua
pewaris tahta tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-oarang lemah dalam
bidang kepemimpinan.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan
diatas, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah
berdirinya kerajaan safawi. Jadi, diantara tiga kerajaan besar tersebut,
kerajaan inilah yang termuda. India menjadi wilayah islam pada massa Umayyah,
yakni pada masa Khalifah al-Walid. Dalam kerajaan ini, Ilmu pengetahuan tidak
banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan kemajuannya dimassa sebelumnya.
Yang lebih menonjol adalah kemajuan dalam bidang seni syair dan seni arsitektur.
Pada massa sultan Akbar kerajaan
Mughal mengalami masa keemasan. Ia terkenal dengan gagasan-gagasannya yang
sangat radikal dan liberal baik dalam aspek social atau pemikiran keagamaan.
Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan
berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan
Aurangzeb (1658-1707 M). tiga sultan penerus Akbar ini memang terhitung
raja-raja yang besar dan kuat. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tigak
dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya
Adapun salah satu yang menyebabkan
kemunduran kerajaan Mughal, antara lain karena kekuasaan politiknya mulai
merosot, suksesi kepemimpinan ditingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan
separatis Hindu di India Tengah, Sikhdibelahan utara dan Islam dibagian Timur
semakin lama semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang inggris yang untuk
pertama kali diizinkan oleh kekuatan
bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
III.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat saya uraikan, semoga apa yang telah dipaparkan tadi dapat
memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat
bagi kita semua. Saya menyadari banyak sekali kekurangan baik dari sistematika
penulisan maupun dari cara penyajiannya, untuk itu kritik dan saran membangun
sangat saya harapkan demi terciptanya kesempurnaan pada makalah yang
selanjutnya….
Terimakasih………….
[1]
Dr. Badri Yatim. M.A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindzo Persada, 2003) hlm.145
[1]
Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang : PT.
Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm. 142
[1]Dr.
Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 147
[1]
Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Op Cit, hlm.142
[1]
Dr. Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 148
[1]
Sayid Alvi mengomentari din ilaahi Akbar
tidak lebih dari sekedar jenis tarikat yang diciptakan Akbar dalam mencari
kebenaran agama. Kemunculannya dilator belakangi oleh persoalan yang sangat
kompleks. Lembaga yang diciptakannya
“Ibadah Khanah” adalah tempat
berdiskusi berbagai tokoh agama islam, Hindu, Buddha, Nasrani dan Zoroaster
yang jumlahnya tidak kurang enam belas orang dan bersifat tertutup.
[1]
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Dikawasan Dunia Islam, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2010) hlm 205
[1]
Dr. Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 149
[1]
Ira M Rapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,
2000) hlm.695
[1]
Dr. Badri Yatim. M.A. Op cit. Hlm. 150-151
[1]
Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Op Cit, hlm.143
[1]
Ibid, hlm 148-150
[1]
Dr. Badri Yatim. M.A. Opcit. hlm.163
DAFTAR PUSTAKA
Rapidus, Ira M. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada
Syukur, Fatah.2002. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra
Thohir, Ajid. 2010.
Perkembangan Peradaban Dikawasan Dunia Islam. Jakarta : Rajawali Pers
Yatim, Badri. 2003. Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
[1]
Dr. Badri Yatim. M.A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindzo Persada, 2003) hlm.145
[2]
Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang : PT.
Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm. 142
[3]Dr.
Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 147
[4]
Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Op Cit, hlm.142
[5]
Dr. Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 148
[6]
Sayid Alvi mengomentari din ilaahi Akbar
tidak lebih dari sekedar jenis tarikat yang diciptakan Akbar dalam mencari
kebenaran agama. Kemunculannya dilator belakangi oleh persoalan yang sangat
kompleks. Lembaga yang diciptakannya
“Ibadah Khanah” adalah tempat
berdiskusi berbagai tokoh agama islam, Hindu, Buddha, Nasrani dan Zoroaster
yang jumlahnya tidak kurang enam belas orang dan bersifat tertutup.
[7]
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Dikawasan Dunia Islam, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2010) hlm 205
[8]
Dr. Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 149
[9]
Ira M Rapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,
2000) hlm.695
[10]
Dr. Badri Yatim. M.A. Op cit. Hlm. 150-151
[11]
Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Op Cit, hlm.143
[12]
Ibid, hlm 148-150
[13]
Dr. Badri Yatim. M.A. Opcit. hlm.163
Tidak ada komentar:
Posting Komentar