Selasa, 10 Juli 2012

Peranan Kerajaan Mughal di India


PERANAN KERAJAAN MUGHAL DI INDIA DALAM
 PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Dr, H. Ruswan, M.A


Disusun Oleh :

   Nia Nor Ikhsani   (103611012)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2012

I.       PENDAHULUAN
             A.  Latar Belakang
Setelah Khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya terpecah belah dalam beberapa kerajaan kecil, yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban islam banyak yang hancur akibat bangsa Mongol itu. Tentara Mongol dibawah pimpinan Timur Lenk dengan kejamnya merusak dan memporakporandakan pusat-pusat kekuasaan islam. Ribuan jilid buku ilmiah karya sarjana muslim dibakar habis dan banyak pula yang dibuang disungai guna jalan penyeberangan tentara untuk melanjutkan penyerangan ke wilayah kekuasaan umat islam.
Keadaan umat islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar : Utsmani di Turki, Safawi di Persia dan  Mughal di India. Berikut akan dipaparkan secara lebih lanjut tentang peranan  kerajaan Mughal di India dalam perkembangan islam.
            B.     Rumusan Masalah
1.      Munculnya Kerajaan Mughal di India
2.      Peran Raja- Raja Mughal
3.      Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal
4.      Mundurnya Kerajaan Mughal

II.    PEMBAHASAN
           1.      Munculnya Kerajaan Mughal Di India
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Jadi, diantara tiga kerajaan besar tersebut, kerajaan inilah yang termuda.[1] India menjadi wilayah islam pada massa Umayyah, yakni pada masa Khalifah al-Walid. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh pasukan Umayyah yang dipimpin oleh panglima Muhammad ibnu Qasim. Kemudian pasukan Ghaznawiyah dibawah pimpinan sultan Mahmud mengembangkan kedudukan islam diwilayah ini dengan berhasil menakhlukan seluruh kekuasaan Hindu dan mengadakan pengislaman sebagian masyarakat india pada tahun 1020 M. Setelah Ghaznawiyah hancur, muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri india, seperti dinasti Khalji (1296-1316 M), dinasti Tuglag (1320-1412 M), dinasti Syyid (1414-1451 M), dinasti Lodi (1451-1526).[2]
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibu kota, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), seorang keturunan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza penguasa Farghana, sedangkan ibunya keturunan  Jenghis Khan. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi (Ismail I) akhirnya ia berhasil menaklukan Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M ia menduduki Kabul, ibu kota Afganistan.
Setelah Kabul dapat ditaklukan, Babur meneruskan ekspansinya ke india. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa india, dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi bersama Daulat Khan, Gubernur Lahore mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi. Permohonan itu langsung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu kotanya Lahore. Setelah itu ia memimpin tentaranya menuju Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya disana. Dengan demikian, berdirilah Kerajaan Mughal di India.[3]
Kerajaan Mongol dan Mughal di India memiliki keterkaitan, karena sama-sama didirikan oleh bangsa Mongol dan keturunannya. Sedangkan pengambilan nama Mughal adalah dari nama kebesaran bangsa Mongol. [4]
      2.      Peran Raja-Raja Mughal
Setelah kerajaan Mughal berdiri, Raja-raja hindu diseluruh dunia menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur. Namun, pasukan hindu ini dapat dikalahkan Babur. Sementara itu, di Afganistan masih ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi. Mereka mengangkat adik kandung Ibrahim Lodi, yaitu Mahmud untuk menjadi sultan. Tetapi sultan Mahmud Lodi dengan mudah dikalahkan Babur dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M. Pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.
Humayun (putra sulung Babur) dalam melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi tantangan. Sepanjang massa kekuasaannya selama Sembilan tahun (1530-1539 M) negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Diantara tantangan yang muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan, sedangkan Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali tentaranya. Kemudian dari sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalakan Delhi. Ia kembali ke India dengan menduduki tahta kerajaaan Mughal pada tahun 1555M. Setahun setelah itu (1556 M) ia meninggal dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaannya.
Humayun digantikan oleh anaknya, Akbar, yang berusia 14 tahun. Karena ia masih muda maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairan Khan, seorang Syi’i.[5] Sultan Akbar adalah sultan yang sangat terkenal dari dinasti ini, dan ialah yang menciptakan sistem kerajaan ini.[6] Sultan Akbar terkenal dengan gagasan-gagasannya yang sangat radikal dan liberal baik dalam aspek sosial atau pemikiran keagamaan. Masa pemerintahannya sangat berhasil dan cukup stabil bahkan wilayah-wilayah kekuasaanya semakin luas seperti Chundar, Ghond, Chitor, Rantabar, Surat, Behar, Bengal, Kashmir, Orissa, Dekan, Gawilghard, Narhala, Alamghar, dan Asirghar.
Diantara kebijakan politiknya yang paling berani pada awal - awal pemerintahannya adalah menyingkirkan Bairan Syah, penasihat politik Syiah yang dipercayai Humayun (ayahnya). Kebijakan lainnya adalah menata sistem pemerintahannya dengan sistem militer termasuk keseluruh wilayah taklukannya.[7] Dalam pemerintahan tersebut, sultan adalah penguasa diktator, pemerintahan daerah dipegang oleh seorang sipah salar (kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran. Akbar juga menerapkan apa yang dinamakan dengan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan politik ini, semua rakyat india dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.[8] Meskipun elite pemerintah secara resmi adalah warga muslim, namun terdapat sekitar 20% warga hindu sebagai aristokrasi Mughal. Kebanyakan mereka adalah Hindus Rajput dan Marathas[9]
Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). tiga sultan penerus Akbar ini memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tigak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.
      3.      Kemajuan yang Dicapai Kerajaan Mughal
Stabilitas politik yang berhasil diciptakan oleh Akbar mendukung pencapaian kemajuan dibidang perekonomian, ilmu pengetahuan dan peradaban. Kemajuan bidang ekomoni ditandai dengan kemajuan sektor pertanian dan perindustrian. Pada masa ini dikembangkan penanganan pertanian secara terstruktur karena sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian tersebut. Komunitas petani dipimpin oleh Seorang Mukaddam, melalui para mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan para petani. Sehingga Kerajaan berhak atas sepertiga dari hasil pertanian dinegeri itu. 
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun bahasa India. Penyair india yang terkenal adalah Malik Muhammad Jazali, seorang sasterawan sufi yang menghasilkan karya besar yang berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb, muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.[10]
Ilmu pengetahuan tidak banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan kemajuannya dimassa sebelumnya. Yang lebih menonjol adalah kemajuan dalam bidang seni syair dan seni arsitektur. Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya arsitektur yang indah yang mengagumkan, seperti istana Fatpur Sikri di Sikri, villa, mesjid-mesjid yang indah (pada masa Akhbar) dan Pada masa Syah Jehan dibangun masjid berlapis mutiara dan Taj Mahal di Arga, Mesjid Raya Delhi dan Istana indah di Lahore.[11]
      4.      Mundurnya Kerajaan Mughal
Setelah mengalami masa-masa kemajuan pada masa Akbar dan tiga raja penggantinya, selama satu setengah abad. Kerajaan ini lambat laun mengalami kemunduran, kemunduran masa pemerintahan ini ± abad ke-18 M., ditandai dengan kekuasaan politiknya mulai merosot terjadi suksesi kerajaan, terjadinya sejumlah pemberontakan kelompok sparatis Hindu. Bersamaan dengan itu raja-raja pengganti Auranzeb yang tidak sanggup mempertahankan kesabaran yang telah dibina oleh sultan- sultan sebelumnya.
Adapun yang menyebabkan kemunduran kerajaan Mughal, antara lain karena kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan ditingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh dibelahan utara dan Islam dibagian Timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris yang untuk pertama kali  diizinkan oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Tampil sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan. Selain memperlemah kerajaan karena pemerintah pusat tidak terus secara baik, juga mengakibatkan kecenderungan pemerintah daerah untuk melepaskan loyalitas dan intregasinya dengan pemerintah pusat.
Meskipun Mughal merupakan kerajaan islam, namun mayoritas warganya tetap beragama Hindu. Pada waktu Mugal dilanda krisis perebutan kekuasaan kalangan istana yakni antara tahun (1719-1748 M), orang-orang Hindu melancarkan sejumlah pemberontakan. Kelompok Sikh dibawah pimpinan Banda, berhasil merebut kota Shadaura disebelah utara Delhi dan merebut kota Sirhin. Golongan Maratha dibawah pimpinan Baji Raao berhasil merebut sebagian wilayah Gujarat ditahun 1723. Dan juga Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afganistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durroni pada massa pemerintahan Syah Alam (1760-1869 M). Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal kedalam kekuasaan Afgan.
Ketika kerajaan Mughal dalam kondisi yang sempoyongan sebagimana digambarkan diatas, Inggris semakin memperkuat posisinya. Dari urusan perdagangan, Inggris memperlebar pengaruhnya dalam lapangan politik dengan dibentuknya EIC (The East India Company), Inggris memperkuat militernya didaerah perdagangan yang dikuasainya didaerah perdagangan yang dikuasainya terutama di Bengal. Militer Inggris berhasil menekan Syah Alam sehingga melepaskan wilayah Qudhi, Bengal, dan Orisa kepada Inggris. Akbar II (1806-1873 M), pengganti Syah Alam meemberikan konsesi kepada EIC untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak dari perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Bahadur Syah pengganti Akbar II, menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris.
 Ketika pihak EIC sedang mengalami kerugian akibat tidak efisiennya administrasi perusahaan, sedang pihak EIC harus tetap menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Inilah latar belakang  EIC memungut pajak yang tinggi terhadap rakyat. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Dengan demikian terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Dan akhirnya pihak Inggris berhasil menghancurkan kekuatan rakyat india. Mereka dihukum secara kejam sebelum diusir dari Delhi. Bahadur Syah raja terakhir kerajaan Mughal diusir dari istana tahun 1885. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan islam Mughal di India. Semenjak saat itu umat islam dihadapkan pada perjuangan untuk mempertahankan eksistensinya dibawah kekuasaan Inggris dan ditengan mayoritas umat Hindu India.  [12]
Ada beberapa faktor yang meneyebabkan kekuasaan dinasti Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa pada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu :[13]
1.      Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer inggris diwilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3.  Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4.   Semua pewaris tahta tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-oarang lemah dalam bidang kepemimpinan.  
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Jadi, diantara tiga kerajaan besar tersebut, kerajaan inilah yang termuda. India menjadi wilayah islam pada massa Umayyah, yakni pada masa Khalifah al-Walid. Dalam kerajaan ini, Ilmu pengetahuan tidak banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan kemajuannya dimassa sebelumnya. Yang lebih menonjol adalah kemajuan dalam bidang seni syair dan seni arsitektur.
Pada massa sultan Akbar kerajaan Mughal mengalami masa keemasan. Ia terkenal dengan gagasan-gagasannya yang sangat radikal dan liberal baik dalam aspek social atau pemikiran keagamaan. Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). tiga sultan penerus Akbar ini memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tigak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya
Adapun salah satu yang menyebabkan kemunduran kerajaan Mughal, antara lain karena kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan ditingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikhdibelahan utara dan Islam dibagian Timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang inggris yang untuk pertama kali  diizinkan oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.

III. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya uraikan, semoga apa yang telah dipaparkan tadi dapat memberikan tambahan ilmu yang  bermanfaat bagi kita semua. Saya menyadari banyak sekali kekurangan baik dari sistematika penulisan maupun dari cara penyajiannya, untuk itu kritik dan saran membangun sangat saya harapkan demi terciptanya kesempurnaan pada makalah yang selanjutnya….
Terimakasih………….

 
[1] Dr. Badri Yatim. M.A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindzo Persada, 2003) hlm.145
[1] Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm. 142
[1]Dr. Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 147
[1] Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Op Cit, hlm.142
[1] Dr. Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 148
[1] Sayid Alvi mengomentari  din ilaahi Akbar tidak lebih dari sekedar jenis tarikat yang diciptakan Akbar dalam mencari kebenaran agama. Kemunculannya dilator belakangi oleh persoalan yang sangat kompleks. Lembaga yang diciptakannya  “Ibadah Khanah”  adalah tempat berdiskusi berbagai tokoh agama islam, Hindu, Buddha, Nasrani dan Zoroaster yang jumlahnya tidak kurang enam belas orang dan bersifat tertutup.
[1] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Dikawasan Dunia Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010) hlm 205
[1] Dr. Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 149
[1] Ira M Rapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2000) hlm.695
[1] Dr. Badri Yatim. M.A. Op cit. Hlm. 150-151
[1] Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Op Cit, hlm.143
[1] Ibid, hlm 148-150
[1] Dr. Badri Yatim. M.A. Opcit. hlm.163


DAFTAR PUSTAKA

Rapidus, Ira M. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
Syukur, Fatah.2002. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Thohir, Ajid. 2010. Perkembangan Peradaban Dikawasan Dunia Islam. Jakarta :    Rajawali Pers
Yatim, Badri. 2003.  Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
























[1] Dr. Badri Yatim. M.A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindzo Persada, 2003) hlm.145
[2] Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm. 142
[3]Dr. Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 147
[4] Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Op Cit, hlm.142
[5] Dr. Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 148
[6] Sayid Alvi mengomentari  din ilaahi Akbar tidak lebih dari sekedar jenis tarikat yang diciptakan Akbar dalam mencari kebenaran agama. Kemunculannya dilator belakangi oleh persoalan yang sangat kompleks. Lembaga yang diciptakannya  “Ibadah Khanah”  adalah tempat berdiskusi berbagai tokoh agama islam, Hindu, Buddha, Nasrani dan Zoroaster yang jumlahnya tidak kurang enam belas orang dan bersifat tertutup.
[7] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Dikawasan Dunia Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010) hlm 205
[8] Dr. Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 149
[9] Ira M Rapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2000) hlm.695
[10] Dr. Badri Yatim. M.A. Op cit. Hlm. 150-151
[11] Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Op Cit, hlm.143
[12] Ibid, hlm 148-150
[13] Dr. Badri Yatim. M.A. Opcit. hlm.163

Tidak ada komentar:

Posting Komentar